Refleksi Kemerdekaan Republik Indonesia

3 09 2009

Memaknai kemerdekaan negara indonesia, kita patut merenung dan menoleh ke belakang. Apakah kemerdekaan yang sudah lama kita raih dengan perjuangan heroik para pahlawan bangsa itu telah dapat kita nikmati dengan sempurna sekarang? Apakah cita-cita bangsa yang diikrarkan para founding fathers itu sudah terwujud sampai sekarang?

Para pendiri bangsa mungkin akan sedih, bila menyaksikan keadaan sekarang. Kemerdekaan yang sudah begitu lama ternyata tak sanggup kita isi dengan tinta emas sebagai generasi penerus. Masih banyak rakyat miskin. Rakyat belum merasa memiliki negara yang menjamin kesejahteraan mereka. Para pemimpin sibuk memikirkan kekuasaan, lupa akan rakyatnya. Hukum rimba pun bicara, yang kuat menang dan yang lemah makin merana.

Patut kita simak celoteh Sutardji Calzoum Bachri, Sang Presiden Penyair Indonesia, dalam sajak “Tanah Air Mata” :

Tanah air mata tanah tumpah dukaku

mata air air mata kami

air mata tanah air kami

disinilah kami berdiri

menyanyikan air mata kami

di balik gembur subur tanahmu

kami simpan perih kami

di balik etalase megah gedung-gedungmu

….

Selain itu, rasa persatuan dan kesatuan yang lama kita pupuk dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, lambat laun kelihatan mulai memudar. Benih-benih perpecahan mulai tampak disana-sini. Orang mulai mengutamakan kepentingan golongannya sendiri diatas kepentingan bersama.

Tapi masih ada secercah harap di gelap gulita. Seperti yang diperlihatkan tunas-tunas bangsa dalam memperingati hari kemerdekaan di kampung-kampung. Salah satunya saat mengikuti perlombaan, mereka tetap ceria dan mengedepankan persahabatan. Mereka terlihat mensyukuri perjuangan para pendahulunya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ya…mereka dapat dijadikan salah satu cermin kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjunjung tinggi arti dan makna kemerdekaan.

Berikut sepenggal Nayid karya Emha Ainun Nadjib, yang mungkin akan mengingatkan kita tentang arti sebuah kemerdekaan :

Kemana anak-anak itu, anak-anak yang dilahirkan oleh bangsa ini dengan keringat, luka, darah dan kematian

Anak-anak yang dilahirkan oleh sejarah dengan air mata tiga setengah abad

Anak-anak yang bernama kemerdekaan

Anak-anak yang bernama hak makhluk dan harkat kemanusiaan

Anak-anak yang bernama cinta dan kasih sesama

Anak-anak yang bernama indahnya kesejahteraan

Anak-anak yang bernama keterbukaan dan kelapangan

Tapi kita iseng

Kita tidak serius terhadap nilai

Terhadap Allah pun kita bersikap setengah hati

Salam…Merdeka!!

(yulee/kwp/doc.Istimewa)


Aksi

Information

Tinggalkan komentar